PSIKOLOGI KLINIS PADA PENDERITA
PENYAKIT KANKER
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kesehatan
adalah aspek terpenting bagi kehidupan manusia dalam menjalani hidup
sehari-hari. Karena sehat itu nikmat dan begitu pentingnya kesehatan sehingga
individu rela membayar milyaran rupiah untuk kesehatan di saat sakit.
Masyarakat mengenal beberapa penyakit tidak dapat dipahami hanya berdasarkan
pertimbangan medis tetapi juga faktor-faktor lain yang mendukung terjadinya
penyakit. Problem kesehatan yang utama dan sebab-sebab kematian sekarang ini
adalah karena penyakit-penyakit kronis. Penyakit-penyakit kronis antara lain
Jantung koroner, kanker, stroke, diabetes dan tekanan darah tinggi merupakan
contoh-contoh dari penyakit kronis tersebut.
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel yang tumbuh abnormal, diluar batas kewajaran dan tidak terkendali perkembangannya. Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa sendiri penderitanya. WHO menyebutkan, pada tahun 2004 angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih banyak dari pada angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS, bahkan UICC ( Union Internationale Contre le Cancer ) memperikan jumlah penderita kanker di negara berkembang pada tahun 2022 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru setiap tahunnya. Apalagi kanker bisa menyerang siapa saja, tidak mengenal kelas sosial ekonomi, jenis kelamin dan usia penderita. Angka kematian akibat penyakit kanker diperkirakan juga akan bertambah, karena kecenderungan pasien memulai pengobatan ketika penyakit kankernya sudah pada stadium lanjut (Luwina, 2006). Gumawan Achmad seorang ginekolog (Kompas, 2001) menyatakan bahwa dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari dalam sambutannya ketika membuka Temu Ilmiah Dokter Bedah Onkologi Indonesia ke-1 (1st International Scientific Meeting di Indonesi Society of Surgical Oncologyst/ISSO), menyatakan bahwa jumlah pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200 juta lebih penduduk Indonesia (Media Indonesia, 2005).
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel yang tumbuh abnormal, diluar batas kewajaran dan tidak terkendali perkembangannya. Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa sendiri penderitanya. WHO menyebutkan, pada tahun 2004 angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih banyak dari pada angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS, bahkan UICC ( Union Internationale Contre le Cancer ) memperikan jumlah penderita kanker di negara berkembang pada tahun 2022 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru setiap tahunnya. Apalagi kanker bisa menyerang siapa saja, tidak mengenal kelas sosial ekonomi, jenis kelamin dan usia penderita. Angka kematian akibat penyakit kanker diperkirakan juga akan bertambah, karena kecenderungan pasien memulai pengobatan ketika penyakit kankernya sudah pada stadium lanjut (Luwina, 2006). Gumawan Achmad seorang ginekolog (Kompas, 2001) menyatakan bahwa dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari dalam sambutannya ketika membuka Temu Ilmiah Dokter Bedah Onkologi Indonesia ke-1 (1st International Scientific Meeting di Indonesi Society of Surgical Oncologyst/ISSO), menyatakan bahwa jumlah pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200 juta lebih penduduk Indonesia (Media Indonesia, 2005).
Data pemeriksaan histopatologi di Indonesia tahun 1999 menyatakan urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit dan kanker rektum . Sedangkan pada wanita, urutan lima besar adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur/ovarium, kanker kulit dan kanker rektum. Karena rasa takut terhadap kanker, masyarakat enggan melakukan pemeriksaan, sehingga kanker terdiagnosa pada stadium yang lanjut. Keterlambatan diagnosa ini mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan dan biaya pengobatan, serta menurunkan harapan hidup penderita. Selain enggan melakukan pemeriksaan, rasa takut ini menyebabkan masyarakat menjauhkan diri dari informasi mengenai kanker. Dengan latar belakang tersebut diatas, maka merubah rasa takut menjadi peduli dan mendorong melakukan deteksi dini kanker merupakan langkah terbaik Sebagai contoh tindakan deteksi dini adalah ”SADARI” dan ”mammografi” untuk kanker payudara atau foto roentgen thorax secara periodik untuk kanker paru.
Bahkan
telah diperkirakan bahwa menjelang permulaan abad ke-21, peta penyakit di
Indonesia akan mendekati peta penyakit di negara maju dimana penyakit kanker
berada pada urutan ketiga penyebab terjadinya kematian setelah penyakit
kardiovaskuler dan kecelakaan. Pendekatan
secara psikologis pada penderita kanker amat penting agar penderita tidak jatuh
dalam kondisi stres, cemas dan depresi yang pada akhirnya akan menurunkan
imunitas (kekebalan tubuh), yang amat penting bagi penyembuhannya. Selain dari
pada itu pendekatan religi (agama) juga penting dilakukan guna memberikan makna
kehidupan atau harapan (optimisme).
Penyakit
kanker bukan merupakan suatu hal yang mudah bagi individu untuk menerima
kenyataan tersebut dan untuk menghadapinya. Kanker adalah penyakit yang
memiliki kemungkinan sembuh tetapi biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.
Setelah seseorang mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kanker maka bukan
merupakan suatu hal yang mudah bagi mereka untuk menerima kenyataan tersebut.
Stres yang dialami individu dapat dimanifestasikan dalam bentuk stres fisik,
psikologis dan perilaku yang ditimbulkan karena masalah yang dihadapi. Strategi
koping yang tepat dan sesuai akan membantu individu untuk mengatasi dan
meminimalkan stres yang dialami. Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan
oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang,
mengancam atau merusak terhadap keseimbangan dinamis seseorang yang diakibatkan
adanya masalah kesehatan yang individu alami, karena setiap penyakit berat atau
ringan pasti menimbulkan penderitaan dan ketegangan.
Stres
sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi,
fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau
menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Masalah ini dapat
bersumber dari dirinya maupun dari lingkungan dimana individu tersebut berada.
Namun setiap orang mempunyai koping individu yang berbeda untuk menyelesaikan
masalah atau meminimalkan stres yang dialami.
Secara
umum strategi koping tidak hanya meliputi bentuk-bentuk usaha yang realistis
dan disadari melainkan juga mencakup bentuk-bentuk dorongan dan cara-cara
menghadapi masalah yang tidak realistis dan diluar kesadaran individu. Koping
ini dimulai dari usaha - usaha dalam permasalahan secara positif, konstruktif
dan efektif. Strategi koping menunjukkan pada berbagai upaya baik mental maupun
perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalkan suatu
situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Dengan
perkataan lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha
untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekankan akibat dari masalah
yang sedang dihadapinya dengan cara melakukakan perubahan kognitif maupun
perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Penelitian yang dilakukan
oleh Prenda dan Lachman (Putrianti, 2007) membuktikan bahwa individu yang
memiliki strategi koping akan mampu mengontrol kejadian atau masalah hidup yang
sedang dihadapi atau dialami dan dapat meningkatkan kepuasaan dalam hidup. Hal
ini disebabkan karena individu tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun
psikologisnya secara sendirian.
Dengan
demikian individu yang mendapat dukungan sosial dari keluarganya, secara
berulang kali merasakan berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap
positif dan sangat penting bagi individu yang sedang menghadapi tantangan yang
sulit bagi individu yang mengalami stres. Peiree, berpendapat bahwa dukungan
sosial dapat mencegah perasaan tertekan, yaitu mencegah apa yang dipandang
individu sebagai stressor yang diterima. Adanya dukungan dari keluarga,
masyarakat untuk memberikan kesempatan pada individu untuk menyusun suatu
strategi guna menghadapi suatu masalah yang sangat membantu individu tersebut
untuk meminimalkan stres.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis mengangkat masalah tentang strategi koping
menghadapi stres pada penderita kanker dengan rumusan masalah : Bagaimana
reaksi psikologis yang muncul pada penderita kanker untuk menghadapi stres? Dan
bagaimana tips strategi koping yang digunakan oleh penderita kanker untuk
menghadapi stres? Beserta cara pengobatannya!
C.
TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk
mengetahui :
1.
Mengetahui pengertian kanker.
2.
Mengetahui strategi koping yang
digunakan oleh penderita kanker.
3.
Mengetahui
cara pengendalian penyakit kanker secara alternative.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KANKER
Kanker
adalah penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat manyerang siapa
saja dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi ) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menimbulkan kematian (Familiy’s Doctor, 2006). Hal ini sejalan dengan defenisi
dari American Cancer Society yang mengatakan kanker sebagai kelompok
penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak
terkendali (Kaplan, Salis & Patterson, 1993). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia
maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Sel
kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker pada umumnya cepat menjadi
besar. Sel kanker menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat
digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkram alat tubuh yang
terkena. Di samping itu, sel kanker dapat menyebar (metatasis) ke bagian alat
tubuh lainnya yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening sehingga tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyeberan sel kanker
ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Umumnya,
sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak
merasakan adanya keluhan atau pun gejala, bila sudah ada keluhan atau gejala
biasanya penyakit berada pada taraf stadium lanjut. Awalnya kanker tidak
menimbulkan keluhan karena hanya melibatkan beberapa sel. Bila sel kanker
bertambah, maka keadaan bergantung kepada orang yang terkena. Misalnya, pada
usus berongga besar, tumor harus mencapai ukuran besar sebelum memicu keluhan
(Familiy’s Doctor, 2006).
Pada
taraf stadium lanjut sel kanker menyebar sampai ke organ vital seperti otak
atau paru lalu mengambil nutrisi yang dibutuhkan oleh organ tersebut, akibatnya
organ itu rusak dan mati. Penyakit kanker sendiri dapat melemahkan
penderitanya, penyakit tersebut serta pengobatannya dapat menurunkan gairah
hidup dan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit (Laszlo dalam Sarafino, 1998).
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya
dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis.
Sebuah
diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh
dengan biopsi. Setelah didiagnosis, pasien kanker biasanya dirawat dengan
operasi, kemoterapi dan/atau radiasi. Kebanyakan pasien kanker dapat dirawat
dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Bila tidak
terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian pada pasien. Sel kanker
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian baik secara langsung maupun tidak
langsung (Laszlo dalam Sarafino, 1998). Kanker adalah salah satu penyebab utama
kematian di negara berkembang. Banyak bentuk kanker
berhubungan dengan faktor lingkungan yang
sebenarnya bisa dihindari.
B. PENYEBAB KANKER
Ada
empat faktor utama penyebab kanker seperti lingkungan, makanan, biologis dan
psikologis. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat faktor penyebab
kanker tersebut, yaitu:
1.
Lingkungan
a.
Bahan
Kimia
Zat yang
terdapat pada asap rokok yang dapat menyebabkan kanker paru pada perokok aktif
dan perokok pasif (orang yang bukan perokok atau tidak sengaja menghirup asap
rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri
serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang
pekerja industri menderita kanker (Family’s Doctor, 2006).
b.
Penyinaran
yang berlebihan
Sinar ultra
violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio
aktif sinar X yang berlebihan atau radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukimia
(Family’s Doctor, 2006).
c.
Morokok
Menurut Yayat
Sutratmo (Majalah Bulan Kabari dalam www.kabari news.com) perlu diketahui bahwa
rokok putih bertanggung jawab 90% dari semua kasus kanker paru-paru yang
menjadi penyebab utama kematian baik dari wanita daripada pria. Setiap kali
merokok maka akan menghirup sedikitnya 60 zat karsinogen yang dapat menyebabkan
kanker.
d.
Polusi
Udara
Menurut
Chen Zichou seorang ahli Institut Penelitian Kanker
mengatakan, penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan
polusi udara, lingkungan, kondisi air yang kian hari kian memburuk. Banyak
perusahaan kimia dan industri yang membuang limbahnya kesungai dengan mudah.
Hal ini menyebabkan air yang ada di sungai terkontaminasi oleh limbah yang
berasal dari perusahaan-perusahaan yang ada disekitar sungai. Akibatnya air
yang terkontaminasi tersebut secara langsung berakibat terhadap tumbuh-tumbuhan
dan makanan.
2.
Makanan
Para ilmuwan
mendapatkan bahwa makanan-makanan tertentu adalah sumber kanker.
Makanan-makanan tersebut menjadi sumber kanker oleh sebab adanya zat-zat kimia
tertentu. Makanan yang dapat menyebabkan kanker (www.susukolostrum.com) adalah:
a.
Daging yang mengandung hormon sex
buatan (DES or Diethylstilbestrol).
b.
Bahan pemanis buatan seperti biang
Gula dan saccharin.
c. Nitrosamines pada bahan-bahan
pengawet buatan, bahan pewarna buatan, umumnya dipakai dalam produk
daging, yang telah diproses dan juga banyak dalam produk makanan kaleng.
d.
Zat pewarna yang ada dalam makanan,
minuman, kosmetik, maupun obat obatan.
e. Zat radioaktif yang sekarang ini
terdapat hampir di seluruh bulatan bumi sebagai akibat dari percobaan bom atom
serta peledakan bom, yang masuk dalam tubuh manusia melalui makanan, khususnya
susu.
f.
Kebanyakan makan garam.
g.
Makanan yang sudah menjadi Tengik.
3.
Biologi
a.
Virus
Beberapa virus
berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker (Family’s
Doctor, 2006). Salah satu virus yang dapat menyebabkan kanker adalah virus HIV (human
immunodefiency virus). Dimana virus HIV (human immunodefiency virus) ini
dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Akibatnya wanita yang terinfeksi virus
HIV (human immunodefiency virus) akan rentan terhadap infeksi HPV (human
papillomavirus). Hal ini dapat dilihat bahwa 90% kasus kanker serviks
disebabkan karena adanya infeksi HPV (human papillomavirus) (Gale dan
Cahrette, 1995). Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus
onkogenik (Family’s Doctor, 2006).
b.
Hormon
Hormon adalah
zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan
alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, rahim, indung telur
dan prostat (kelenjar kelamin pria) (Family’s Doctor, 2006).
c.
Keturunan
Sejumlah
penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker diakibatkan oleh faktor
keturunan. Sebab ada orang yang terlahir dengan DNA rusak yang diturunkan salah
satu orang tua mereka sehingga mereka memiliki resiko yang tinggi untuk terkena
kanker. Faktor keturunan ini memang susah untuk dihindari. Tetapi sejauh apa
peranan gen yang abnormal masih belum diketahui (Misky, 2005).
4.
Psikologis
a.
Keperibadian
Orang dengan
tipe kepribadian tertutup termasuk tipe yang mudah terkena stres. Umumnya orang
dengan tipe kepribadian ini akan mudah menderita gangguan emosi dan secara
sadar berusaha menekan perasaan tersebut. Akibatnya mereka akan memiliki resiko
tinggi untuk terkena penyakit kanker dan jantung.
b.
Stress
Salah satu sebab
menurunnya kekebalan tubuh (immunitas) adalah adanya stres dan kondisi
stres ini akan melemahkan respon imunitas. Dalam keadaan stres atau emosi
seperti marah dan sedih, hypothalamus yang merupakan pusat emosi akan
terangsang dan kemudian akan merangsang kelenjar pituitari yang selanjutnya
kemudian akan merangsang kelenjar adrenal, sehingga keluarlah hormon
glukokortikoid. Jika hormon tersebut keluar secara berlebihan akan terjadi
kerusakan pada tubuh yang mengakibatkan antibodi dan respon peradangan menurun.
Menurunnya
sistem imunitas ini mempermudah masuknya sel-sel kanker menyerang tubuh, karena
kemampuan sel tersebut untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi
secara baik. Dapat disimpulkan bahwa stres psikologis berpengaruh terhadap
rusaknya kemampuan pembunuhan sel secara alami untuk penghancuran sel tumor
atau sel kanker.
C. Pribadi Yang Berisiko Terhadap
Timbulnya Kanker
Ditemukan
bahwa penderita kanker paru-paru cenderung tidak mampu melahirkan atau
mengekspresikan emosinya. Dalam menghadapi berbagai persoalan hidup penderita
cenderung menggunakan mekanisme pertahanan berupa penyangkalan dan agresivitas
yang berlebihan.
Aspek-aspek
immunologi dari kanker mempertinggi kemungkinan bahwa mekanisme immunologis
memegang peranan yang amat penting dalam menjembatani pengaruh-pengaruh
psikososial bagi kerentanan dan jalannya suatu penyakit kanker. Berbagai
pengalaman hidup yang menegangkan (stres full life experience) sering menjadi
faktor pemicu bagi munculnya gejala-gejala klinis penyakit kanker.
D. Aspek Kejiwaan Penderita Kanker
Fisik
dan psikis mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Sakit yang
diderita dapat mempengaruhi aspek kognisi, emosi dan psikomotorik penderita.
Pada umumnya para penderita kanker setelah terdiagnosis akan timbul berbagai
respons emosional yang terdiri dari : fase shock, periode menyangkal dan tidak
percaya, kemudian diikuti oleh periode kecemasan, depresi, gangguan tidur,
nafsu makan menurun dan perasaan mudah tersinggung. Aktivitas keseharian
menjadi terganggu akibat menurunnya daya konsentrasi serta gangguan pikiran
tentang kanker dan ketakutannya akan masa depan. Kebanyakan penderita kanker
akan merasa bahwa berita bahwa dirinya dinyatakan positif menderita kanker
sebagai keputusan akan datangnya kematian. Sehingga penderita menjadi tidak
berdaya, hidupnya dikuasai ketidakpastian dan kecemasan yang mendalam. Kondisi
ini menambah beban fisik dan psikis. Banyak dijumpai kasus neurotik yang
dikenal dengan “cancerphobia”.
Beberapa
penelitian menyebutkan pasien penyakit kanker mengalami berbagai macam masalah
psikologis diantaranya : kesulitan penyesuaian diri, menimbulkan stres yang
terus menerus, individu merasa tidak mampu melakukan coping terhadap
permasalahan yang dihadapi, mengalami kecemasan, ketakutan, perasaan tidak
berdaya, dan tidak berharga.
E. Kondisi Psikologis Yang Dialami
Oleh Penderita Kanker
Manusia
mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik yang
sekaligus psikologis, yang mana kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain
dan saling mempengaruhi.
Sehingga
apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi
psikologisnya, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang
tidak hanya menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa
masalahmasalah bagi kondisi psikologisnya. Hal ini dapat kita lihat pada pasien
penderita kanker dimana ketika dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita
penyakit berbahaya seperti kanker,secara umum ada tiga bentuk respon emosional
yang bisa muncul pada pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan,
kecemasan dan depresi (Taylor, 1988).
Dalam
keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien kanker untuk dapat menerima dirinya
karena keadaan dan penanganan penyakit kanker ini dapat menimbulkan stres yang
terus-menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi penyesuaian fisik tapi juga
penyesuaian psikologi individu (Lehmann, deLisa, Warren, deLateur, Bryant and
Nicholson, 1978). Kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit
kanker terdiagnosis. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Utami &
Hasanat (1998) menunjukkan ketika mengetahui bahwa mereka menderita kanker,
pasien kanker akan mengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan,
misalnya merasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah atau merasa
sendiri, dan dibayangi oleh kematian. Kecemasan meningkat ketika individu
membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat dari
penyakit yang diderita ataupun akibat dari proses penanganan suatu penyakit.
Kadangkala proses penanganan kanker sangat membebani pasien dibandingkan
penyakitnya sendiri, misalnya proses radiasi dan obat-obatan yang digunakan
untuk membunuh sel kanker tenyata dapat mengakibatkan kerusakan tubuh bahkan
bepotensi untuk menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang tidak dapat diperbaiki
(Burish, 1987). Proses penanganan kanker juga disertai dengan rasa sakit,
kecemasan, disfungsi seksual, dan kemungkinan perawatan di rumah sakit dalam
jangka waktu yang lama (Redd & Jacobsen, 1988). Perawatan di rumah sakit
merupakan salah satu hal yang cukup mencemaskan bagi pasien, misalnya ketika
akan dilakukan operasi dan merasa tidak nyaman atau mengalami rasa sakit
setelah dilakukannya operasi. Setelah operasi, penderita kanker seringkali
mengalami perasaan kecewa ketika harus kehilangan salah satu organ tubuh.
Selain
itu, pendekatan yang tidak personal dari dokter, perawat ataupun pegawai rumah
sakit menyebabkan pasien merasa hanya menjadi objek pemeriksaan semata. Dalam
kondisi demikian, seorang seringkali mengalami kehilangan identitas diri dan
kehilangan kontrol atas tubuh, lingkungan fisik dan sosialnya, sehingga membuat
pasien kurang nyaman menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.
Kondisi dan penanganan penyakit kanker dapat menimbulkan stres, sehingga tidak
saja mempengaruhi kondisi fisik tetapi juga kondisi psikologis pasien. Meskipun
reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan penanganan kanker sangat
beragam dan keadaan serta kemampuan masing-masing penderita tergantung pada
banyak faktor, namun ada enam reaksi psikologis yang utama (Prokop, 1991) yaitu
kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif atau status
mental (impairment), gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan
(denial). Jay, Elliot & Varni (1986) menyatakan bahwa profil
psikologis pasien yang datang pada pemeriksaan medis menunjukkan tingginya
tingkat kecemasan, rasa marah, dan keterasingan.
Menghadapi
penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya
pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah,
merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan
seseorang (Charmaz dalam Radleay, 1994). Banyak penelitian menunjukkan pasien
kanker akan mengalami masalah harga diri rendah (Berterö, 2002; Carpenter,
Brockop, & Andrykowski, 1999; Kurnia, 1995; Cocker, Bell, & Kidmans,
1994; Edelman, Bell, & Kidman, 1999; Curbow, Somerfield, Legro, &
Sonnega, 1990; Trunzo & Pinto, 2003; Carpenter, Brockopp, &
Andrykowski, 1999; Symister, & Friend 2003; Helgeson, Lepore, & Eton,
2006). Jika perasaan-perasaan rendah tersebut dirasakan pasien dalam waktu yang
cukup lama dapat mengakibatkan depresi. Oleh sebab itu, pasien kanker biasanya
mengalami sakit dua kali lipat dari kebanyakan penyakit lain. Selain menderita
penyakit kanker itu sendiri mereka juga menderita depresi (Keitel & Kopala,
2000).
Mereka
tidak bisa menerima keadaan dirinya sebagai orang yang sakit sehingga pasien
kanker akan terus merasa bahwa dia adalah orang yang paling tidak beruntung.
Dengan menjadi penderita kanker, aktivitas yang dapat dilakukannya sangat
terbatas. Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) terhadap pasien kanker
menemukan bahwa pasien yang mengalami kanker memperlihatkan adanya stres dan
depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri
gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang
lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya.
Kemungkinan
terjadinya gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan
tidak berdaya dan tidak berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker. Diperkirakan
saat ini ada sekitar 25% pasien kanker yang mengalami depresi berat (Sinar
Harapan, 2003). Banyak penelitian juga menunjukkan pasien kanker mengalami
masalah depresi yang berat (Antoni, Lehmann, Kilbourn, Boyers, Culver, Alferi,
Yount, Mc Gregor, Arena, Harris, Price, & Carver, 2001; Blackburn, Bishop,
Glen, Whalley, & Christie, 1981; Ciaramella, & Poll 2001; Evans, &
Connis, 1995; Hipkins, Whitworth, Tarrier, & Jayson G, 2004; Hopko, Bell,
Armento, Hunt, & Lejuez, 2005; Love, Love, Grabsch, Clarke, Bloch, David,
& Kissane, 2004; Osborn & Demoncada, 2006; Spiegel & Giese, 2003;
Wong-Kim, & Bloom, 2005).
Dari
penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa pasien penderita kanker tidak hanya
menderita secara fisik, tetapi juga mengalami masalah psikologis, seperti harga
diri yang rendah dan depresi. Oleh karena itu pasien penderita kanker tidak
hanya diberikan perawatan fisik saja, namun perlu perawatan psikologis untuk
meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi yang dialami oleh pasien
penderita kanker.
F.
Masalah
Psikologi Pada Penderita Kanker
Pengobatan
holistic atau holistic medicine didasarkan atas dua hal yaitu pengobatan fisik
dan pengobatan psikis dan keduanya sangat erat hubungannya. Seperti yang pernah
dikatakan oleh ahli filosofi Plato, “Tidak ada gunanya mengobati badan tanpa
mengobati fikirannya”. Pemikiran ini sangat mengena terutama pada para
penderita penyakit berat, termasuk didalamnya penderita kanker. Badan yang
sakit akan mempengaruhi fikiran dan sebaliknya juga demikian. Badan yang sehat
juga akan berpengaruh menyehatkan fikiran dan demikian juga sebaliknya.
Ilmu
pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan
mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia. Orang yang berada pada tingkat
emosional yang rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit, karena tingkat
kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi emosi yang buruk tadi. Kondisi emosi
yang positif, penuh pengharapan, akan meningkatkan daya tahan tubuh kita,
sedangkan sikap negatif, takut, dan pasrah, akan menurunkan daya kekebalan
tubuh. Perubahan kondisi emosi ini akan diteruskan didalam rangkaian proses
biokimia di dalam badan kita. Hal yang sebaliknya juga terjadi, di mana
perbaikan sel-sel ditubuh kita akan juga dapat memperbaiki tingkat emosional
dan fikiran kita.
Dengan
pemahaman diatas, pengobatan yang menyeluruh [holistic] adalah merupakan cara
penyembuhan yang perlu diupayakan, di mana keduanya diperbaiki dalam waktu yang
bersamaan. Untuk itu pemahaman akan kondisi psikis yang terjadi bagi penderita
penyakit berat ini perlu diketahui, bukan saja oleh para penderita, tetapi juga
bagi keluarga, orang disekelilingnya dan para dokter atau orang yang turut
membantu penyembuhan penderita ini.
G. Terapi dan Penanganan Psikologis
Penjelasan
atau cara yang dibutuhkan disini tidak akan dibuat secara rinci dan hanya
berupa ulasan umum yang perlu didalami lagi. Seseorang harus dapat
mengendalikan fikirannya sendiri. Fikiran manusia dapat menjadi teman dan juga
sebaliknya dapat menjadi musuhnya sendiri. Cara pengendalian ini umumnya dapat
dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan diri sendiri melalui
visualisasi dan cara2 lain. Yoga atau cara meditasi lain terbukti dapat
membantu manusia untuk mengosongkan fikiran dan seterusnya membangun sikap
mental yang baik terhadap tantangan fisik yang ada. Salah satu teknik yang
dinamakan “Kekuatan dari keinginan” [Power of Will], di mana secara mental
seseorang melatih dirinya dan mentalnya untuk percaya seyakin-yakinnya bahwa ia
dapat menghadapi tantangan ini, terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai
macam penyakit. Teknik2 pengendalian fikiran banyak tersedia dan dapat dipelajari
dan terbukti sangat-sangat membantu penyembuhan berbagai penyakit.
Pada
saat yang sama juga diharapkan pasien dapat memperbaiki kondisi fisiknya dengan
mengkonsumsi nutrisi yang baik dan maksimal, mengkonsumsi bahan2 atau obat
penyembuh dan sebaliknya sudah menghindari sumber atau potensi penyakit yang
diidapnya berupa lingkungan yang tidak sehat, nutrisi yang toxic dsb, sehingga
proses penyembuhan terjadi secara parallel antara fisik dan psikis. Berdoa juga
terbukti sangat ampuh untuk menolong kesembuhan. Penelitian selalu menunjukkan
bahwa pasien yang berdoa atau berbicara kepada khaliknya yang lebih tinggi,
terbukti persentase kesembuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki agama atau tidak percaya pada Tuhan. Berdamai dengan diri
sendiri melalui meditasi maupun visualiasi dan afirmasi juga dapat membebaskan
diri dari rasa takut, marah, dan kecewa, yang sangat erat hubungannya dengan
kondisi penyakit [lihat contoh German New Medicine].
Berbagai
cara, teknik dan therapy kejiwaan dan psikologi perlu dan dapat diterapkan
untuk membantu seseorang untuk merawat dan menyembuhkan jiwanya dan pada
gilirannya akan meningkatkan kekebalan tubuhnya sendiri dan membantu
penyembuhan penyakit yang ada.
Dibawah
ini ada beberapa tips untuk menghadapi atau terapi dalam penanganan psikologis
terhadap penderiata kanker;
1. Komunikasikan sebijak mungkin tentang
penyakit yang dialami penderita, dengan harapan agar dia dapat kooperatif dalam
menjalani pengobatan dengan kecemasan sekecil mungkin. Pastikan telah ada
kesiapan mental untuk menerima kenyataan tersebut. Terlebih lagi bila kanker
yang diidapnya tidak lagi dapat diobati, namun masih dapat diatur dan
dikontrol.
2. Ciptakan sikap yang positif dalam
keluarga. Penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawat dan berikan
dorongan yang tulus kepada penderita.
3. Ciptakan suasana yang bersifat
psikoterapiutik (ramah, penuh pengertian, simpatik, dsb) di lingkungan jasa
kesehatan (dokter dan perawat) maupun keluarga. Hal itu jauh lebih dirasakan
sebagai pengobatan ketimbang tindakan teknis yang diterima sebagai perawatan.
4. Hadirkan dukungan spiritual dengan penuh
keyakinan dan ketulusan. Biarkan penderita mengerti bahwa ada do’a yang terus
mengalir untuknya, bangun kesabaran dan setawakalan yang penuh. Sajikan
dukungan spiritual dengan kemasan yang indah dan empatik, jangan terkesan
memaksa dan tidak mengerti reaksi mempersiapkan kelapangan dada dan kepasrahan
yang penuh untuk kembali menghadap Tuhannya.
5. Ciptakan iklim berpikir positif, yang
akan memberikan energi ganda bagi penderita untuk terus membangun harapan yang
positif bagi kesembuhannya atau kesiapannya menghadapi resiko yang paling
buruk.
6. Penanganan ini membutuhkan kerja sama
yang sinergis antara pasien, dokter, perawat, keluarga dan masyarakat.
7. Terapi khusus yang dapat diberikan
adalah : Support Group Therapy, Cognitive Therapy, Relaksasi, yang kesemuanya
dibingkai dengan nilai religius yang diyakini kebenarannya.
H. Pencegahan Dan Pengobatan Kanker
1.
Pencegahan
Kanker
dapat dikatakan
sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melkakukan gaya hidup
sehat dan menjahui faktor-faktor resiko terserang kanker.pencegahan kanker
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Hindari
makanan tinggi lemak, makanan instan yang mengandung bahan pewarna dan bahan
pengawet.
2.
Hindari
hubungan seksual dengan pasangan yang bukan suami atau istri sendiri, atau
berganti-ganti pasangan.
3.
Hindari
asap rokok atau berhantilah merokok.
4.
Hindari
stres dan konflik yang berkepanjangan.
5.
Hindari
terkena sinar matahari yang berlebihan.
6.
Periksakan
kesehatan secara berkala
7.
Minumlah
air murni yang telah melalui proses penyarimngan
8.
Rutin
mengkomsumsi vitamin A, C, E, B kompleks, dan suplemen yang bersifat
antioksidan dan peningkat daya tahan tubuh.
2.
Pengobatan
Tidak
semua kanker dapat dideteksi atau ditemukan dan dapat disembuhkan. Namun,
semakin dini kanker ditemukan dan diobati, semakin besar kemungkinan untuk
sembuh.
a.
Tujuan
pengobatan
Secara
umum tujuan pengobatan kanker sebagai berikut :
a)
Penyembuhan
kuratif, yakni membebaskan penderit dari kanker untuk selamanya. Penmyembuhan
ini hanya berhssil diderita masih stadium dini termasuk juga kanker
lokoregional atau kanker yang penyebarannya belum meluas dan ukurannya masih
kecil.
b)
Meringankan
(paliatif), yakni merupakan tindakan aktif guna meringankan beban penderita
kanker, terutama yang tidak mungkin bisa disembuhkan lagi. Tujuannya adalah
untuk memperbaiki kualitas hidup, mengatasi terjadinya komplikasi, dan
mengurangi atau menghilangkan keluhan penderita.
b.
Cara
pengobatan kedokteran
Penyembuhan
atau pengobatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a)
Pembedahan
(operasi), dilkakukan jika letak kanker masih lokal atau lokoregional.
b)
Penyinaran
(radioterapi) atau kemoterapi sebagai pilihan dari cara oprerasi.
Kemoterapi dilakukan apabila kanker
telah menyebar luas dan bnersifat kemosensitif atau responsif terhadap
obat-obatan kimia, sehingga sel kanker tersebut dapat musnah. meskipun demikian
kamoterapi ini berefek negatif yakni memperburuk kondisi dari pasien penderita
kanker
I.
Pengobatan
Alternatif
Dari segala pengobatan untuk berbagai penyakit bisa
disimpulkan menjadi 2 jenis pengobatan yakni pengobatan cara barat yang
bersifat konvensional dan pengobatan cara timur yang bersifat alternatif. Dalam
pengobatan kanker, secara timur bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh,
menghambat pertumbuhan kanker dan mengurangi keluhan dan memperbaiki fungsi
utama tubuh.
Lain halnya dengan pengobatan barat yang berupaya
membuang tumor atau kanker dengan pembedahan, membuhuh sel kanker dengan obat
(kemoterapi), atau melakukan radioterapi. Untuk
merusak sel kanker.
Namun dari hal tersebut, penelitian ilmiah yang
berhasil mengungkapkan khasiat manfaat pengobatan, dan terapi kanker, mendorong
muncul;nya paradigma baru dalam dunia pengobatan modern, yaitu back to nature atau kembali ke alam.
Paradigma baru tersebut mendorong cara pengobatan barat menjadi back to east atau kembali ke timur.
Walaupun lebih cepat dan ditujang oleh teknologi
yang maju, pengobatan modern masih mempunai keterbatasan, seperti sifat letak
dan besar tumor atau kanker yang sulit dibedah, jenis sel kanker yang tahan
akan radiasi dan kermoterapi, kekebalan tubuh penderita dan kondisi ekonomi
penderita. Namun dalam mengobati suatu penyakit sebaiknya tidak hanya mengandalkan
pada satu metode saja, perlu dibutuhkan penggabungan metode tentunya. Pada
penggabungan metode tersebut tentunya tdak saling bertentangan dan alangkah
baiknya jiak dikonsultasikan dengan dokter yang berpengalaman.
J.
Aneka Tanaman Obat Untuk Mengobati
Kanker
a.
Kunyit
atau kunir
Kunyit memiliki nama latin yaitu curcuma domestica. Tanaman ini biasanya mempunyai tinggi mencapai
70 cm. Batangnya semu, berwarna hijau keunguan, pangkal batang membentuk
rimpang. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun dan rimpangnya.
Kegunaan dari tanaman kunyit ini dapat digunakan
sebagai obat memperlancar pengeluaran cairan empedu, penurun panas, antiradang,
melebarkan bronkus pada penyakit bronchitis,
Kegunaan pada penyakit kanker sebagai antitumor dan
antiinflamasi (antiradang). Dari semua senyawa
yang terkandung dari kunyit, tetra hidro curcunim (THC) ternyata
mempunyai aktivitas anti-inflamasi tertinggi sehingga dalam mengkomsumsi
ringpang kunyit terbukti aka menghambat aktivitas karsinogen.
Ramuan untuk mengobati kanker dari kunyit sebagai
berikut :
Bahan :
·
10 gram sambiloto kering
·
10 gram temulawak
·
10 gram kunyit
·
10 gram temu putih
·
10 gram daun ciplukan kering
·
10 gram merina
Cara pembuatan :
Setelah dicuci bersih temulawak, kunyit, dan temu
putih diparut halus.selanjutnya dicampur dengan ciplukan,
meniran dan sambiloto, lalu direbus dengan air sebanyak2 gelas sampai hanya
tersisa kira-kira 1.5 gelas air. Selanjutnya, air tersebut disaring, ramuan ini
dapat diminum 3 kali sehari masing-masing ½ gelas. Untuk mengurangi rasa
pahitnya dapat ditambahkan 1 sendok madu.
b.
Bawang
putih
Bawang putih (allium
sativum). Biasa dibudidayakan oleh parapetani di beberapa daerah di
Indonesia. Daum bawang putih berupa helai, berbentuk pipih rata dan meruncing
di bagian ujngnya. Panjang batang mencapai 30 cm.
Akar serabut terletak di
bagian dasar umbiyang berbentuk cakram. Bagain yang
digunakan sebagai obat yaitu umbinya. Umbi bersifat hangat dan
pedas. Mampu menurunkan tekanan darah, membersikan raucun pada tubuh, antibiotic,
pereda penyakit bronchitis, menghasilkan enzim pengontrol perkembangan sel. Komkponen utama yang
terdapat pada bawang putih yang digunakan sebagai antikanker yaitu dially
sulfide (DAS). Zat ini mampu menghambat pembentukan sel kanker. Selain itu, bawang
ini juga bnerperan sebagai anti-inflamasi dan antioksidan yang melindungi
membrane sel.
Ramuan untuk mengobati kanker dari bawang putih
sebagai berikut :
Bahan :
1 siung bawang putih
Cara pembuatan :
1 siung bawang putih dikomsumsi bersama nasi.
Apabila penderita tidak terkena tekanan darah
rendah dapat mengkomsumsi 2 siung. Jika tidak tahan akan bau bawang
putih sebaiknya mengkomsumsi secara langsung yaitu menjadikan sebagai bumbu
masak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kanker
merupakan penyakit kronis yang mematikan di dunia. Hal ini berdasarkan dengan
data badan WHO. Akan tetapi bukan berarti tidak ada pengobatan dan
pencegahannya. Ada berbagai cara terapi dan pengobatan yang telah
direkomendasikan badan kesehatan tersebut. Tetapi, bagaimana dengan kondisi
psikologis penderita kanker itu sendiri! Pasien penderita kanker tidak hanya
menderita secara fisik, tetapi juga mengalami masalah psikologis, seperti harga
diri yang rendah dan depresi. Oleh karena itu pasien penderita kanker tidak
hanya diberikan perawatan fisik saja, namun perlu perawatan psikologis untuk
meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi yang dialami oleh pasien
penderita kanker.
Cara
pengendalian umumnya dapat dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan
diri sendiri melalui visualisasi dan cara - cara lain. Yoga atau cara meditasi
lain terbukti dapat membantu manusia untuk mengosongkan fikiran dan seterusnya
membangun sikap mental yang baik terhadap tantangan fisik yang ada. Salah satu
teknik yang dinamakan “Kekuatan dari keinginan” [Power of Will], di mana secara
mental seseorang melatih dirinya dan mentalnya untuk percaya seyakin-yakinnya
bahwa ia dapat menghadapi tantangan ini, terbukti dapat membantu penyembuhan
berbagai macam penyakit. Teknik - teknik pengendalian fikiran banyak tersedia
dan dapat dipelajari dan terbukti sangat-sangat membantu penyembuhan berbagai
penyakit.
B.
Saran
Kanker
merupakan penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Akan tetapi semangat untuk
bertahan hidup tidaklah putus asa. Banyak sekali saudara - saudara atau teman –
teman lainnya baik didesa, dikota, dinegara kita sendiri, bahkan diseluruh
penjuru dunia yang mengidap penyakit kanker tetapi meraka tidak putus asa untuk
menghadapi diagnosis tersebut. Bahkan ada diantara meraka bisa sembuh dari penyakit
tersebut dan ada lagi yang bertahan sampai umur 70 tahunan. Itu semua
tergantung semangat hidup atau kemauan kita sendiri, untuk bertahan hidup lebih
lama lagi atau tidak? Nah, sekarang tergantung kemauan dan kesungguhan kita
sendiri untuk memaksimalkan kehidupan kita dengan menjaga kesehatan kita dari
sekarang dan sejak sedini mungkin. Masih banyak cara untuk mewujudkannya yaitu
dengan memenage pola hidup sehat kita.
DAFTAR PUSTAKA
- Mangan, yaellia.“Menaklukkan Kanker Dengan Ramuan Tradisional”, jakarta : AgroMadia Pustaka, 2005.
- Syamsih, iyam Siti, Dra. Apt dan Tajudin S.Si. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih : Raja Antibiotik Alami, jakarta : AgroMedia Pustaka, 2003
- http://www.deherba.com/apa-saja-metode-pencegahan-kanker.html
- http://negeri-halal.blogspot.com/2011/02/kanker-dalam-tinjauan-medis-&-psikologis.html
- http://rumahkanker.com/pengobatan/alternatif/82-masalah-psikologi-pada-penderita-kanker.html
- http://bintangrembulan.blogspot.com/2008/05/bagaimana-cara-menaklukan-penyakit-kanker.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar