Selasa, 03 April 2012

Psikologi Klinis Pada Penderita Penyakit Kanker

PSIKOLOGI KLINIS PADA PENDERITA PENYAKIT KANKER







PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG


Kesehatan adalah aspek terpenting bagi kehidupan manusia dalam menjalani hidup sehari-hari. Karena sehat itu nikmat dan begitu pentingnya kesehatan sehingga individu rela membayar milyaran rupiah untuk kesehatan di saat sakit. Masyarakat mengenal beberapa penyakit tidak dapat dipahami hanya berdasarkan pertimbangan medis tetapi juga faktor-faktor lain yang mendukung terjadinya penyakit. Problem kesehatan yang utama dan sebab-sebab kematian sekarang ini adalah karena penyakit-penyakit kronis. Penyakit-penyakit kronis antara lain Jantung koroner, kanker, stroke, diabetes dan tekanan darah tinggi merupakan contoh-contoh dari penyakit kronis tersebut.




Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel yang tumbuh abnormal, diluar batas kewajaran dan tidak terkendali perkembangannya. Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa sendiri penderitanya. WHO menyebutkan, pada tahun 2004 angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih banyak dari pada angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS, bahkan UICC ( Union Internationale Contre le Cancer ) memperikan jumlah penderita kanker di negara berkembang pada tahun 2022 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru setiap tahunnya. Apalagi kanker bisa menyerang siapa saja, tidak mengenal kelas sosial ekonomi, jenis kelamin dan usia penderita. Angka kematian akibat penyakit kanker diperkirakan juga akan bertambah, karena kecenderungan pasien memulai pengobatan ketika penyakit kankernya sudah pada stadium lanjut (Luwina, 2006).  Gumawan Achmad seorang ginekolog (Kompas, 2001) menyatakan bahwa dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari dalam sambutannya ketika membuka Temu Ilmiah Dokter Bedah Onkologi Indonesia ke-1 (1st International Scientific Meeting di Indonesi Society of Surgical Oncologyst/ISSO), menyatakan bahwa jumlah pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200 juta lebih penduduk Indonesia (Media Indonesia, 2005).

Data pemeriksaan histopatologi di Indonesia tahun 1999 menyatakan urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit dan kanker rektum . Sedangkan pada wanita, urutan lima besar adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur/ovarium, kanker kulit dan kanker rektum. Karena rasa takut terhadap kanker, masyarakat enggan melakukan pemeriksaan, sehingga kanker terdiagnosa pada stadium yang lanjut. Keterlambatan diagnosa ini mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan dan biaya pengobatan, serta  menurunkan harapan hidup penderita. Selain enggan melakukan pemeriksaan, rasa takut ini menyebabkan masyarakat menjauhkan diri dari informasi mengenai kanker. Dengan latar belakang tersebut diatas,  maka merubah rasa takut menjadi peduli dan mendorong melakukan deteksi dini kanker merupakan langkah terbaik  Sebagai contoh tindakan deteksi dini adalah ”SADARI” dan ”mammografi” untuk kanker payudara atau foto roentgen thorax secara periodik untuk kanker paru.
Bahkan telah diperkirakan bahwa menjelang permulaan abad ke-21, peta penyakit di Indonesia akan mendekati peta penyakit di negara maju dimana penyakit kanker berada pada urutan ketiga penyebab terjadinya kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan kecelakaan. Pendekatan secara psikologis pada penderita kanker amat penting agar penderita tidak jatuh dalam kondisi stres, cemas dan depresi yang pada akhirnya akan menurunkan imunitas (kekebalan tubuh), yang amat penting bagi penyembuhannya. Selain dari pada itu pendekatan religi (agama) juga penting dilakukan guna memberikan makna kehidupan atau harapan (optimisme).
Penyakit kanker bukan merupakan suatu hal yang mudah bagi individu untuk menerima kenyataan tersebut dan untuk menghadapinya. Kanker adalah penyakit yang memiliki kemungkinan sembuh tetapi biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Setelah seseorang mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kanker maka bukan merupakan suatu hal yang mudah bagi mereka untuk menerima kenyataan tersebut. Stres yang dialami individu dapat dimanifestasikan dalam bentuk stres fisik, psikologis dan perilaku yang ditimbulkan karena masalah yang dihadapi. Strategi koping yang tepat dan sesuai akan membantu individu untuk mengatasi dan meminimalkan stres yang dialami. Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak terhadap keseimbangan dinamis seseorang yang diakibatkan adanya masalah kesehatan yang individu alami, karena setiap penyakit berat atau ringan pasti menimbulkan penderitaan dan ketegangan.
Stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Masalah ini dapat bersumber dari dirinya maupun dari lingkungan dimana individu tersebut berada. Namun setiap orang mempunyai koping individu yang berbeda untuk menyelesaikan masalah atau meminimalkan stres yang dialami.
Secara umum strategi koping tidak hanya meliputi bentuk-bentuk usaha yang realistis dan disadari melainkan juga mencakup bentuk-bentuk dorongan dan cara-cara menghadapi masalah yang tidak realistis dan diluar kesadaran individu. Koping ini dimulai dari usaha - usaha dalam permasalahan secara positif, konstruktif dan efektif. Strategi koping menunjukkan pada berbagai upaya baik mental maupun perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalkan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Dengan perkataan lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekankan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukakan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Penelitian yang dilakukan oleh Prenda dan Lachman (Putrianti, 2007) membuktikan bahwa individu yang memiliki strategi koping akan mampu mengontrol kejadian atau masalah hidup yang sedang dihadapi atau dialami dan dapat meningkatkan kepuasaan dalam hidup. Hal ini disebabkan karena individu tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya secara sendirian.
Dengan demikian individu yang mendapat dukungan sosial dari keluarganya, secara berulang kali merasakan berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap positif dan sangat penting bagi individu yang sedang menghadapi tantangan yang sulit bagi individu yang mengalami stres. Peiree, berpendapat bahwa dukungan sosial dapat mencegah perasaan tertekan, yaitu mencegah apa yang dipandang individu sebagai stressor yang diterima. Adanya dukungan dari keluarga, masyarakat untuk memberikan kesempatan pada individu untuk menyusun suatu strategi guna menghadapi suatu masalah yang sangat membantu individu tersebut untuk meminimalkan stres.

B.            RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengangkat masalah tentang strategi koping menghadapi stres pada penderita kanker dengan rumusan masalah : Bagaimana reaksi psikologis yang muncul pada penderita kanker untuk menghadapi stres? Dan bagaimana tips strategi koping yang digunakan oleh penderita kanker untuk menghadapi stres? Beserta cara pengobatannya!

C.           TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.         Mengetahui pengertian kanker.
2.         Mengetahui strategi koping yang digunakan oleh penderita kanker.
3.        Mengetahui cara pengendalian penyakit kanker secara alternative.

BAB II
PEMBAHASAN

A.       PENGERTIAN KANKER
Kanker adalah penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat manyerang siapa saja dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi ) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menimbulkan kematian (Familiy’s Doctor, 2006). Hal ini sejalan dengan defenisi dari American Cancer Society yang mengatakan kanker sebagai kelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkendali (Kaplan, Salis & Patterson, 1993). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker pada umumnya cepat menjadi besar. Sel kanker menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkram alat tubuh yang terkena. Di samping itu, sel kanker dapat menyebar (metatasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyeberan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Umumnya, sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan atau pun gejala, bila sudah ada keluhan atau gejala biasanya penyakit berada pada taraf stadium lanjut. Awalnya kanker tidak menimbulkan keluhan karena hanya melibatkan beberapa sel. Bila sel kanker bertambah, maka keadaan bergantung kepada orang yang terkena. Misalnya, pada usus berongga besar, tumor harus mencapai ukuran besar sebelum memicu keluhan (Familiy’s Doctor, 2006).
Pada taraf stadium lanjut sel kanker menyebar sampai ke organ vital seperti otak atau paru lalu mengambil nutrisi yang dibutuhkan oleh organ tersebut, akibatnya organ itu rusak dan mati. Penyakit kanker sendiri dapat melemahkan penderitanya, penyakit tersebut serta pengobatannya dapat menurunkan gairah hidup dan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit (Laszlo dalam Sarafino, 1998). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis.
Sebuah diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, pasien kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi dan/atau radiasi. Kebanyakan pasien kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Bila tidak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian pada pasien. Sel kanker berbahaya karena dapat menyebabkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung (Laszlo dalam Sarafino, 1998). Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari.

B.       PENYEBAB KANKER
Ada empat faktor utama penyebab kanker seperti lingkungan, makanan, biologis dan psikologis. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat faktor penyebab kanker tersebut, yaitu:
1.         Lingkungan
a.         Bahan Kimia
Zat yang terdapat pada asap rokok yang dapat menyebabkan kanker paru pada perokok aktif dan perokok pasif (orang yang bukan perokok atau tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker (Family’s Doctor, 2006).
b.        Penyinaran yang berlebihan
Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukimia (Family’s Doctor, 2006).


c.         Morokok
Menurut Yayat Sutratmo (Majalah Bulan Kabari dalam www.kabari news.com) perlu diketahui bahwa rokok putih bertanggung jawab 90% dari semua kasus kanker paru-paru yang menjadi penyebab utama kematian baik dari wanita daripada pria. Setiap kali merokok maka akan menghirup sedikitnya 60 zat karsinogen yang dapat menyebabkan kanker.
d.        Polusi Udara
Menurut Chen Zichou seorang ahli Institut Penelitian Kanker mengatakan, penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan polusi udara, lingkungan, kondisi air yang kian hari kian memburuk. Banyak perusahaan kimia dan industri yang membuang limbahnya kesungai dengan mudah. Hal ini menyebabkan air yang ada di sungai terkontaminasi oleh limbah yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang ada disekitar sungai. Akibatnya air yang terkontaminasi tersebut secara langsung berakibat terhadap tumbuh-tumbuhan dan makanan.

2.         Makanan
Para ilmuwan mendapatkan bahwa makanan-makanan tertentu adalah sumber kanker. Makanan-makanan tersebut menjadi sumber kanker oleh sebab adanya zat-zat kimia tertentu. Makanan yang dapat menyebabkan kanker (www.susukolostrum.com) adalah:
a.        Daging yang mengandung hormon sex buatan (DES or Diethylstilbestrol).
b.        Bahan pemanis buatan seperti biang Gula dan saccharin.
c.    Nitrosamines pada bahan-bahan pengawet buatan, bahan pewarna buatan, umumnya dipakai dalam produk daging, yang telah diproses dan juga banyak dalam produk makanan kaleng.
d.        Zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman, kosmetik, maupun obat obatan.
e.     Zat radioaktif yang sekarang ini terdapat hampir di seluruh bulatan bumi sebagai akibat dari percobaan bom atom serta peledakan bom, yang masuk dalam tubuh manusia melalui makanan, khususnya susu.
f.         Kebanyakan makan garam.
g.        Makanan yang sudah menjadi Tengik.

3.         Biologi
a.         Virus
Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker (Family’s Doctor, 2006). Salah satu virus yang dapat menyebabkan kanker adalah virus HIV (human immunodefiency virus). Dimana virus HIV (human immunodefiency virus) ini dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Akibatnya wanita yang terinfeksi virus HIV (human immunodefiency virus) akan rentan terhadap infeksi HPV (human papillomavirus). Hal ini dapat dilihat bahwa 90% kasus kanker serviks disebabkan karena adanya infeksi HPV (human papillomavirus) (Gale dan Cahrette, 1995). Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik (Family’s Doctor, 2006).
b.        Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria) (Family’s Doctor, 2006).
c.         Keturunan
Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker diakibatkan oleh faktor keturunan. Sebab ada orang yang terlahir dengan DNA rusak yang diturunkan salah satu orang tua mereka sehingga mereka memiliki resiko yang tinggi untuk terkena kanker. Faktor keturunan ini memang susah untuk dihindari. Tetapi sejauh apa peranan gen yang abnormal masih belum diketahui (Misky, 2005).

4.         Psikologis
a.         Keperibadian
Orang dengan tipe kepribadian tertutup termasuk tipe yang mudah terkena stres. Umumnya orang dengan tipe kepribadian ini akan mudah menderita gangguan emosi dan secara sadar berusaha menekan perasaan tersebut. Akibatnya mereka akan memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit kanker dan jantung.
b.        Stress
Salah satu sebab menurunnya kekebalan tubuh (immunitas) adalah adanya stres dan kondisi stres ini akan melemahkan respon imunitas. Dalam keadaan stres atau emosi seperti marah dan sedih, hypothalamus yang merupakan pusat emosi akan terangsang dan kemudian akan merangsang kelenjar pituitari yang selanjutnya kemudian akan merangsang kelenjar adrenal, sehingga keluarlah hormon glukokortikoid. Jika hormon tersebut keluar secara berlebihan akan terjadi kerusakan pada tubuh yang mengakibatkan antibodi dan respon peradangan menurun.
Menurunnya sistem imunitas ini mempermudah masuknya sel-sel kanker menyerang tubuh, karena kemampuan sel tersebut untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik. Dapat disimpulkan bahwa stres psikologis berpengaruh terhadap rusaknya kemampuan pembunuhan sel secara alami untuk penghancuran sel tumor atau sel kanker.

C.       Pribadi Yang Berisiko Terhadap Timbulnya Kanker
Ditemukan bahwa penderita kanker paru-paru cenderung tidak mampu melahirkan atau mengekspresikan emosinya. Dalam menghadapi berbagai persoalan hidup penderita cenderung menggunakan mekanisme pertahanan berupa penyangkalan dan agresivitas yang berlebihan.
Aspek-aspek immunologi dari kanker mempertinggi kemungkinan bahwa mekanisme immunologis memegang peranan yang amat penting dalam menjembatani pengaruh-pengaruh psikososial bagi kerentanan dan jalannya suatu penyakit kanker. Berbagai pengalaman hidup yang menegangkan (stres full life experience) sering menjadi faktor pemicu bagi munculnya gejala-gejala klinis penyakit kanker.

D.       Aspek Kejiwaan Penderita Kanker
Fisik dan psikis mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Sakit yang diderita dapat mempengaruhi aspek kognisi, emosi dan psikomotorik penderita. Pada umumnya para penderita kanker setelah terdiagnosis akan timbul berbagai respons emosional yang terdiri dari : fase shock, periode menyangkal dan tidak percaya, kemudian diikuti oleh periode kecemasan, depresi, gangguan tidur, nafsu makan menurun dan perasaan mudah tersinggung. Aktivitas keseharian menjadi terganggu akibat menurunnya daya konsentrasi serta gangguan pikiran tentang kanker dan ketakutannya akan masa depan. Kebanyakan penderita kanker akan merasa bahwa berita bahwa dirinya dinyatakan positif menderita kanker sebagai keputusan akan datangnya kematian. Sehingga penderita menjadi tidak berdaya, hidupnya dikuasai ketidakpastian dan kecemasan yang mendalam. Kondisi ini menambah beban fisik dan psikis. Banyak dijumpai kasus neurotik yang dikenal dengan “cancerphobia”.
Beberapa penelitian menyebutkan pasien penyakit kanker mengalami berbagai macam masalah psikologis diantaranya : kesulitan penyesuaian diri, menimbulkan stres yang terus menerus, individu merasa tidak mampu melakukan coping terhadap permasalahan yang dihadapi, mengalami kecemasan, ketakutan, perasaan tidak berdaya, dan tidak berharga.

E.       Kondisi Psikologis Yang Dialami Oleh Penderita Kanker
Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik yang sekaligus psikologis, yang mana kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi.
Sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa masalahmasalah bagi kondisi psikologisnya. Hal ini dapat kita lihat pada pasien penderita kanker dimana ketika dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit berbahaya seperti kanker,secara umum ada tiga bentuk respon emosional yang bisa muncul pada pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan dan depresi (Taylor, 1988).
Dalam keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien kanker untuk dapat menerima dirinya karena keadaan dan penanganan penyakit kanker ini dapat menimbulkan stres yang terus-menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi penyesuaian fisik tapi juga penyesuaian psikologi individu (Lehmann, deLisa, Warren, deLateur, Bryant and Nicholson, 1978). Kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Utami & Hasanat (1998) menunjukkan ketika mengetahui bahwa mereka menderita kanker, pasien kanker akan mengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan, misalnya merasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah atau merasa sendiri, dan dibayangi oleh kematian. Kecemasan meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat dari penyakit yang diderita ataupun akibat dari proses penanganan suatu penyakit. Kadangkala proses penanganan kanker sangat membebani pasien dibandingkan penyakitnya sendiri, misalnya proses radiasi dan obat-obatan yang digunakan untuk membunuh sel kanker tenyata dapat mengakibatkan kerusakan tubuh bahkan bepotensi untuk menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang tidak dapat diperbaiki (Burish, 1987). Proses penanganan kanker juga disertai dengan rasa sakit, kecemasan, disfungsi seksual, dan kemungkinan perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama (Redd & Jacobsen, 1988). Perawatan di rumah sakit merupakan salah satu hal yang cukup mencemaskan bagi pasien, misalnya ketika akan dilakukan operasi dan merasa tidak nyaman atau mengalami rasa sakit setelah dilakukannya operasi. Setelah operasi, penderita kanker seringkali mengalami perasaan kecewa ketika harus kehilangan salah satu organ tubuh.
Selain itu, pendekatan yang tidak personal dari dokter, perawat ataupun pegawai rumah sakit menyebabkan pasien merasa hanya menjadi objek pemeriksaan semata. Dalam kondisi demikian, seorang seringkali mengalami kehilangan identitas diri dan kehilangan kontrol atas tubuh, lingkungan fisik dan sosialnya, sehingga membuat pasien kurang nyaman menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit. Kondisi dan penanganan penyakit kanker dapat menimbulkan stres, sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik tetapi juga kondisi psikologis pasien. Meskipun reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan penanganan kanker sangat beragam dan keadaan serta kemampuan masing-masing penderita tergantung pada banyak faktor, namun ada enam reaksi psikologis yang utama (Prokop, 1991) yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif atau status mental (impairment), gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan (denial). Jay, Elliot & Varni (1986) menyatakan bahwa profil psikologis pasien yang datang pada pemeriksaan medis menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah, dan keterasingan.
Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Charmaz dalam Radleay, 1994). Banyak penelitian menunjukkan pasien kanker akan mengalami masalah harga diri rendah (Berterö, 2002; Carpenter, Brockop, & Andrykowski, 1999; Kurnia, 1995; Cocker, Bell, & Kidmans, 1994; Edelman, Bell, & Kidman, 1999; Curbow, Somerfield, Legro, & Sonnega, 1990; Trunzo & Pinto, 2003; Carpenter, Brockopp, & Andrykowski, 1999; Symister, & Friend 2003; Helgeson, Lepore, & Eton, 2006). Jika perasaan-perasaan rendah tersebut dirasakan pasien dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan depresi. Oleh sebab itu, pasien kanker biasanya mengalami sakit dua kali lipat dari kebanyakan penyakit lain. Selain menderita penyakit kanker itu sendiri mereka juga menderita depresi (Keitel & Kopala, 2000).
Mereka tidak bisa menerima keadaan dirinya sebagai orang yang sakit sehingga pasien kanker akan terus merasa bahwa dia adalah orang yang paling tidak beruntung. Dengan menjadi penderita kanker, aktivitas yang dapat dilakukannya sangat terbatas. Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) terhadap pasien kanker menemukan bahwa pasien yang mengalami kanker memperlihatkan adanya stres dan depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya.
Kemungkinan terjadinya gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker. Diperkirakan saat ini ada sekitar 25% pasien kanker yang mengalami depresi berat (Sinar Harapan, 2003). Banyak penelitian juga menunjukkan pasien kanker mengalami masalah depresi yang berat (Antoni, Lehmann, Kilbourn, Boyers, Culver, Alferi, Yount, Mc Gregor, Arena, Harris, Price, & Carver, 2001; Blackburn, Bishop, Glen, Whalley, & Christie, 1981; Ciaramella, & Poll 2001; Evans, & Connis, 1995; Hipkins, Whitworth, Tarrier, & Jayson G, 2004; Hopko, Bell, Armento, Hunt, & Lejuez, 2005; Love, Love, Grabsch, Clarke, Bloch, David, & Kissane, 2004; Osborn & Demoncada, 2006; Spiegel & Giese, 2003; Wong-Kim, & Bloom, 2005).
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa pasien penderita kanker tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga mengalami masalah psikologis, seperti harga diri yang rendah dan depresi. Oleh karena itu pasien penderita kanker tidak hanya diberikan perawatan fisik saja, namun perlu perawatan psikologis untuk meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi yang dialami oleh pasien penderita kanker.

F.        Masalah Psikologi Pada Penderita Kanker
Pengobatan holistic atau holistic medicine didasarkan atas dua hal yaitu pengobatan fisik dan pengobatan psikis dan keduanya sangat erat hubungannya. Seperti yang pernah dikatakan oleh ahli filosofi Plato, “Tidak ada gunanya mengobati badan tanpa mengobati fikirannya”. Pemikiran ini sangat mengena terutama pada para penderita penyakit berat, termasuk didalamnya penderita kanker. Badan yang sakit akan mempengaruhi fikiran dan sebaliknya juga demikian. Badan yang sehat juga akan berpengaruh menyehatkan fikiran dan demikian juga sebaliknya.
Ilmu pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia. Orang yang berada pada tingkat emosional yang rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit, karena tingkat kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi emosi yang buruk tadi. Kondisi emosi yang positif, penuh pengharapan, akan meningkatkan daya tahan tubuh kita, sedangkan sikap negatif, takut, dan pasrah, akan menurunkan daya kekebalan tubuh. Perubahan kondisi emosi ini akan diteruskan didalam rangkaian proses biokimia di dalam badan kita. Hal yang sebaliknya juga terjadi, di mana perbaikan sel-sel ditubuh kita akan juga dapat memperbaiki tingkat emosional dan fikiran kita.
Dengan pemahaman diatas, pengobatan yang menyeluruh [holistic] adalah merupakan cara penyembuhan yang perlu diupayakan, di mana keduanya diperbaiki dalam waktu yang bersamaan. Untuk itu pemahaman akan kondisi psikis yang terjadi bagi penderita penyakit berat ini perlu diketahui, bukan saja oleh para penderita, tetapi juga bagi keluarga, orang disekelilingnya dan para dokter atau orang yang turut membantu penyembuhan penderita ini.

G.       Terapi dan Penanganan Psikologis
Penjelasan atau cara yang dibutuhkan disini tidak akan dibuat secara rinci dan hanya berupa ulasan umum yang perlu didalami lagi. Seseorang harus dapat mengendalikan fikirannya sendiri. Fikiran manusia dapat menjadi teman dan juga sebaliknya dapat menjadi musuhnya sendiri. Cara pengendalian ini umumnya dapat dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan diri sendiri melalui visualisasi dan cara2 lain. Yoga atau cara meditasi lain terbukti dapat membantu manusia untuk mengosongkan fikiran dan seterusnya membangun sikap mental yang baik terhadap tantangan fisik yang ada. Salah satu teknik yang dinamakan “Kekuatan dari keinginan” [Power of Will], di mana secara mental seseorang melatih dirinya dan mentalnya untuk percaya seyakin-yakinnya bahwa ia dapat menghadapi tantangan ini, terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai macam penyakit. Teknik2 pengendalian fikiran banyak tersedia dan dapat dipelajari dan terbukti sangat-sangat membantu penyembuhan berbagai penyakit.
Pada saat yang sama juga diharapkan pasien dapat memperbaiki kondisi fisiknya dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik dan maksimal, mengkonsumsi bahan2 atau obat penyembuh dan sebaliknya sudah menghindari sumber atau potensi penyakit yang diidapnya berupa lingkungan yang tidak sehat, nutrisi yang toxic dsb, sehingga proses penyembuhan terjadi secara parallel antara fisik dan psikis. Berdoa juga terbukti sangat ampuh untuk menolong kesembuhan. Penelitian selalu menunjukkan bahwa pasien yang berdoa atau berbicara kepada khaliknya yang lebih tinggi, terbukti persentase kesembuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki agama atau tidak percaya pada Tuhan. Berdamai dengan diri sendiri melalui meditasi maupun visualiasi dan afirmasi juga dapat membebaskan diri dari rasa takut, marah, dan kecewa, yang sangat erat hubungannya dengan kondisi penyakit [lihat contoh German New Medicine].
Berbagai cara, teknik dan therapy kejiwaan dan psikologi perlu dan dapat diterapkan untuk membantu seseorang untuk merawat dan menyembuhkan jiwanya dan pada gilirannya akan meningkatkan kekebalan tubuhnya sendiri dan membantu penyembuhan penyakit yang ada.
Dibawah ini ada beberapa tips untuk menghadapi atau terapi dalam penanganan psikologis terhadap penderiata kanker;
1.       Komunikasikan sebijak mungkin tentang penyakit yang dialami penderita, dengan harapan agar dia dapat kooperatif dalam menjalani pengobatan dengan kecemasan sekecil mungkin. Pastikan telah ada kesiapan mental untuk menerima kenyataan tersebut. Terlebih lagi bila kanker yang diidapnya tidak lagi dapat diobati, namun masih dapat diatur dan dikontrol.
2.      Ciptakan sikap yang positif dalam keluarga. Penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawat dan berikan dorongan yang tulus kepada penderita.
3.  Ciptakan suasana yang bersifat psikoterapiutik (ramah, penuh pengertian, simpatik, dsb) di lingkungan jasa kesehatan (dokter dan perawat) maupun keluarga. Hal itu jauh lebih dirasakan sebagai pengobatan ketimbang tindakan teknis yang diterima sebagai perawatan.
4.    Hadirkan dukungan spiritual dengan penuh keyakinan dan ketulusan. Biarkan penderita mengerti bahwa ada do’a yang terus mengalir untuknya, bangun kesabaran dan setawakalan yang penuh. Sajikan dukungan spiritual dengan kemasan yang indah dan empatik, jangan terkesan memaksa dan tidak mengerti reaksi mempersiapkan kelapangan dada dan kepasrahan yang penuh untuk kembali menghadap Tuhannya.
5.   Ciptakan iklim berpikir positif, yang akan memberikan energi ganda bagi penderita untuk terus membangun harapan yang positif bagi kesembuhannya atau kesiapannya menghadapi resiko yang paling buruk.
6.     Penanganan ini membutuhkan kerja sama yang sinergis antara pasien, dokter, perawat, keluarga dan masyarakat.
7.    Terapi khusus yang dapat diberikan adalah : Support Group Therapy, Cognitive Therapy, Relaksasi, yang kesemuanya dibingkai dengan nilai religius yang diyakini kebenarannya.

H.       Pencegahan Dan Pengobatan Kanker
1.         Pencegahan
Kanker dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melkakukan gaya hidup sehat dan menjahui faktor-faktor resiko terserang kanker.pencegahan kanker dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.         Hindari makanan tinggi lemak, makanan instan yang mengandung bahan pewarna dan bahan pengawet.
2.         Hindari hubungan seksual dengan pasangan yang bukan suami atau istri sendiri, atau berganti-ganti pasangan.
3.         Hindari asap rokok atau berhantilah merokok.
4.         Hindari stres dan konflik yang berkepanjangan.
5.         Hindari terkena sinar matahari yang berlebihan.
6.         Periksakan kesehatan  secara berkala
7.         Minumlah air murni yang telah melalui proses penyarimngan 
8.         Rutin mengkomsumsi vitamin A, C, E, B kompleks, dan suplemen yang bersifat antioksidan dan peningkat daya tahan tubuh.

2.         Pengobatan  
Tidak semua kanker dapat dideteksi atau ditemukan dan dapat disembuhkan. Namun, semakin dini kanker ditemukan dan diobati, semakin besar kemungkinan untuk sembuh.
a.        Tujuan pengobatan
Secara umum tujuan pengobatan kanker sebagai berikut :
a)        Penyembuhan kuratif, yakni membebaskan penderit dari kanker untuk selamanya. Penmyembuhan ini hanya berhssil diderita masih stadium dini termasuk juga kanker lokoregional atau kanker yang penyebarannya belum meluas dan ukurannya masih kecil.
b)        Meringankan (paliatif), yakni merupakan tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker, terutama yang tidak mungkin bisa disembuhkan lagi. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, mengatasi terjadinya komplikasi, dan mengurangi atau menghilangkan keluhan penderita.
b.        Cara pengobatan kedokteran
Penyembuhan atau pengobatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a)        Pembedahan (operasi), dilkakukan jika letak kanker masih lokal atau lokoregional.
b)        Penyinaran (radioterapi) atau kemoterapi sebagai pilihan dari cara oprerasi.
Kemoterapi dilakukan apabila kanker telah menyebar luas dan bnersifat kemosensitif atau responsif terhadap obat-obatan kimia, sehingga sel kanker tersebut dapat musnah. meskipun demikian kamoterapi ini berefek negatif yakni memperburuk kondisi dari pasien penderita kanker

I.          Pengobatan Alternatif
Dari segala pengobatan untuk berbagai penyakit bisa disimpulkan menjadi 2 jenis pengobatan yakni pengobatan cara barat yang bersifat konvensional dan pengobatan cara timur yang bersifat alternatif. Dalam pengobatan kanker, secara timur bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh, menghambat pertumbuhan kanker dan mengurangi keluhan dan memperbaiki fungsi utama tubuh.
Lain halnya dengan pengobatan barat yang berupaya membuang tumor atau kanker dengan pembedahan, membuhuh sel kanker dengan obat (kemoterapi), atau melakukan radioterapi. Untuk merusak sel kanker.
Namun dari hal tersebut, penelitian ilmiah yang berhasil mengungkapkan khasiat manfaat pengobatan, dan terapi kanker, mendorong muncul;nya paradigma baru dalam dunia pengobatan modern, yaitu back to nature atau kembali ke alam. Paradigma baru tersebut mendorong cara pengobatan barat menjadi back to east atau kembali ke timur.
Walaupun lebih cepat dan ditujang oleh teknologi yang maju, pengobatan modern masih mempunai keterbatasan, seperti sifat letak dan besar tumor atau kanker yang sulit dibedah, jenis sel kanker yang tahan akan radiasi dan kermoterapi, kekebalan tubuh penderita dan kondisi ekonomi penderita. Namun dalam mengobati suatu penyakit sebaiknya tidak hanya mengandalkan pada satu metode saja, perlu dibutuhkan penggabungan metode tentunya. Pada penggabungan metode tersebut tentunya tdak saling bertentangan dan alangkah baiknya jiak dikonsultasikan dengan dokter yang berpengalaman.

J.         Aneka Tanaman Obat Untuk Mengobati Kanker
a.         Kunyit atau kunir
Kunyit memiliki nama latin yaitu curcuma domestica. Tanaman ini biasanya mempunyai tinggi mencapai 70 cm. Batangnya semu, berwarna hijau keunguan, pangkal batang membentuk rimpang. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun dan rimpangnya.
Kegunaan dari tanaman kunyit ini dapat digunakan sebagai obat memperlancar pengeluaran cairan empedu, penurun panas, antiradang, melebarkan bronkus pada penyakit bronchitis,
Kegunaan pada penyakit kanker sebagai antitumor dan antiinflamasi (antiradang). Dari semua senyawa  yang terkandung dari kunyit, tetra hidro curcunim (THC) ternyata mempunyai aktivitas anti-inflamasi tertinggi sehingga dalam mengkomsumsi ringpang kunyit terbukti aka menghambat aktivitas karsinogen.
Ramuan untuk mengobati kanker dari kunyit sebagai berikut :
Bahan :
·           10 gram sambiloto kering
·           10 gram temulawak
·           10 gram kunyit
·           10 gram temu putih
·           10 gram daun ciplukan kering
·           10 gram merina
Cara pembuatan :
Setelah dicuci bersih temulawak, kunyit, dan temu putih diparut halus.selanjutnya dicampur dengan ciplukan, meniran dan sambiloto, lalu direbus dengan air sebanyak2 gelas sampai hanya tersisa kira-kira 1.5 gelas air. Selanjutnya, air tersebut disaring, ramuan ini dapat diminum 3 kali sehari masing-masing ½ gelas. Untuk mengurangi rasa pahitnya dapat ditambahkan 1 sendok madu.
b.         Bawang putih
Bawang putih (allium sativum). Biasa dibudidayakan oleh parapetani di beberapa daerah di Indonesia. Daum bawang putih berupa helai, berbentuk pipih rata dan meruncing di bagian ujngnya. Panjang batang mencapai 30 cm.
Akar serabut terletak di bagian dasar umbiyang berbentuk cakram. Bagain yang digunakan sebagai obat yaitu umbinya. Umbi bersifat hangat dan pedas. Mampu menurunkan tekanan darah, membersikan raucun pada tubuh, antibiotic, pereda penyakit bronchitis, menghasilkan enzim pengontrol  perkembangan sel. Komkponen utama yang terdapat pada bawang putih yang digunakan sebagai antikanker yaitu dially sulfide (DAS). Zat ini mampu menghambat pembentukan sel kanker. Selain itu, bawang ini juga bnerperan sebagai anti-inflamasi dan antioksidan yang melindungi membrane sel.
Ramuan untuk mengobati kanker dari bawang putih sebagai berikut :
Bahan :
1 siung bawang putih
Cara pembuatan :
1 siung bawang putih dikomsumsi bersama nasi. Apabila penderita tidak terkena tekanan darah  rendah dapat mengkomsumsi 2 siung. Jika tidak tahan akan bau bawang putih sebaiknya mengkomsumsi secara langsung yaitu menjadikan sebagai bumbu masak.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Kanker merupakan penyakit kronis yang mematikan di dunia. Hal ini berdasarkan dengan data badan WHO. Akan tetapi bukan berarti tidak ada pengobatan dan pencegahannya. Ada berbagai cara terapi dan pengobatan yang telah direkomendasikan badan kesehatan tersebut. Tetapi, bagaimana dengan kondisi psikologis penderita kanker itu sendiri! Pasien penderita kanker tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga mengalami masalah psikologis, seperti harga diri yang rendah dan depresi. Oleh karena itu pasien penderita kanker tidak hanya diberikan perawatan fisik saja, namun perlu perawatan psikologis untuk meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi yang dialami oleh pasien penderita kanker.
Cara pengendalian umumnya dapat dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan diri sendiri melalui visualisasi dan cara - cara lain. Yoga atau cara meditasi lain terbukti dapat membantu manusia untuk mengosongkan fikiran dan seterusnya membangun sikap mental yang baik terhadap tantangan fisik yang ada. Salah satu teknik yang dinamakan “Kekuatan dari keinginan” [Power of Will], di mana secara mental seseorang melatih dirinya dan mentalnya untuk percaya seyakin-yakinnya bahwa ia dapat menghadapi tantangan ini, terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai macam penyakit. Teknik - teknik pengendalian fikiran banyak tersedia dan dapat dipelajari dan terbukti sangat-sangat membantu penyembuhan berbagai penyakit.

B.       Saran
Kanker merupakan penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Akan tetapi semangat untuk bertahan hidup tidaklah putus asa. Banyak sekali saudara - saudara atau teman – teman lainnya baik didesa, dikota, dinegara kita sendiri, bahkan diseluruh penjuru dunia yang mengidap penyakit kanker tetapi meraka tidak putus asa untuk menghadapi diagnosis tersebut. Bahkan ada diantara meraka bisa sembuh dari penyakit tersebut dan ada lagi yang bertahan sampai umur 70 tahunan. Itu semua tergantung semangat hidup atau kemauan kita sendiri, untuk bertahan hidup lebih lama lagi atau tidak? Nah, sekarang tergantung kemauan dan kesungguhan kita sendiri untuk memaksimalkan kehidupan kita dengan menjaga kesehatan kita dari sekarang dan sejak sedini mungkin. Masih banyak cara untuk mewujudkannya yaitu dengan memenage pola hidup sehat kita.

DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...