Kamis, 21 Juni 2012

"Kesaksian Seorang Manusia Yang Mati Suri"


"Kesaksian Orang Mati Suri" Begitulah judul cerita kali ini dari teman kita yang di bagikan di inbok kami, dia adalah : Ella Az-Zahra




Aslina adalah warga pekan baru yang telah mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan sebuah kesaksian saat nyawanya di cabut malaikat dan apa yang disaksikan oleh Ruhnya saat mati suri.



Sebelum aslina memberikan kesaksian, pamannya yang bernama Rustam Effendi memberikan pejelasan pembukaan. Aslina adalah gadis yang berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada diri Aslina. Pada umur tujuh tahun, Aslina mengalami kecelakaan yaitu tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi. Menjelag usia masa SMA ia termakan racun. Oleh sebab itu, Aslina menderita selama tiga tahun. Pada umur 20 tahun, Aslina terkena penyakit endokrin yaitu hipertiroid atau masyarakat awam lebih kenal dengan penyakit gondok. Penyakit gondok tersebut telah merusak beberapa jaringan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok tersebut, pada hari jum'at 24 Agustus 2006. Aslina melakukan Chek-Up Kesehatan atas penyakit gondoknya di sebuah Rumah Sakit Jakarta. Setalah itu, hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa di lakukan tindakan Operasi.


"Kalau di Operasi maka akan terjadi perdarahan" ujar kata Pak Rustam. Oleh karena itu, Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya, Aslina gelisah amat luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke jakarta sekitar 12 malam pada waktu itu. Aslina, dimasukan ke Unit Gawat Darurat (UGD), saat itu jantung dan napas aslina nampak sesak. Lalu, Aslina dibawa ke Ruang Perawatan. "Aslina seperti orang ombak (menjelang sakaratulmaut). Lalu saya talqinkan kalimat Thoyyibah dan Syahadat. Setelah itu, dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhirnya." ungkap paman Aslina. Usai Pak Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiannya.


"Mati adalah pasti. Kita ini adalah Calon-Calon mayat! Calon-Calon Penghuni Alam Kubur!" Begitu, Aslina mengawali kesaksiannya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa Aslina, juga menesehati jemaah hadirin untuk memantapkan IMAN, AMAL, KETAKWAAN sebelum ajal datang. "Saya telah merasakan bagaimana mati itu!"


Hadirin terpukau mendengar kesaksian itu. "Sungguh" lanjutnya, "terlalu sangat sakit mati itu!"


Diceritakan, rasa sakit sangat mendalam ketika saat nyawa kita dicabut. Seperti sakitnya kulit hewan yang ditarik atau dilepaskan dan dikoyak dari dagingnya. Bahkan lebih sakit lagi. "Terasa malaikat mencabut nyawa dari kaki kanan saya," tambah Aslina. Di saat itu, ia sempat diajarkan dan ditalqinkan  oleh pamanya Kalimat Thoyyibah. "Saat di ujung nafas, saya berDzikir" ujar Aslina. "Sungguh sakititt,... Pak,.... Buu,...." ulangnya dihadapan lebih dari 300 Alumni ESQ Pekanbaru.



Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan


Assalammualaikum kepada ruh Aslina. ”Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ‘’siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.. “ Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. ”Tak ada teman kecuali amal,” tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau.


Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis,badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut.


Kemudian Aslina melanjutkan. ”Bapak, Ibu, ingatlah mati,” sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan ”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,” tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ”Wahai ayah, janji saya telah sampai.” Mendengar itu ayah saya saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu. ” ruh Aslina pun menjawab. ”Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai”.


Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ”Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.


Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ”Siapa kamu?” lalu perempuan itu menjawab.”Akulah (amal) kamu.”


Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. ”Siapa manusia ini?” Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.


Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat. Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.


Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia.


Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.




Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik.


Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan adzan seperti adzan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya. ”Saya mau shalat.” Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ”Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap Aslina. Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.”




Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ”Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah.” Manusia-manusia itu juga memohon. ”Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.”


Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah.


”Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua, ” ujarnya.


Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan ”aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya,” Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat 99-100:


Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:”Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).”(99) . Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (100).


Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39: ”Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).”


Setelah berpidato, aslina mendapatkan tepukan meriah dari penonton tapi bila di facebook, ia dapatkan jempol sekarang.


Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksiaan tersebut.


Nb :


Bagikan cerita ini kepada semua orang, agar

mereka mendapat hikmahnya dari cerita ini. Dan Ternyata

hidup ini hanya sementara, serta hanya amal juga hati

yang bersihlah yang mampu menuntun kita menuju jalan kehadapan Illahi.

*****



Sumber : http://www.klikunic.com/2012/05/kesaksian-orang-mati-suri.html#ixzz1yNfbuAiF



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...