Selasa, 19 Juni 2012

Asuhan Keperawatan Post Partum Blues

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS POST PARTUM BLUES




PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikologis yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa post partum terdapat tiga metode yang meliputi " immediate puerperineum " yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, " early puerperineum " yaitu 24 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan, " late puerperineum " yaitu setelah satu minggu samapi 6 minggu post partum. Perubahan psikologi merupakan hal yang normal terjadi pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun kadang-kadang terjadi perubahan psikologis yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum. Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai postpartum blues.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian
Postpartum Blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis refrensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut " milk fever " karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya

Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang diduga berperan dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :

  1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine aksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan depresi
  2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
  3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan social dari lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga dan teman memberikan dukungan moril ( misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tang selama atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu menjalani kehamilannya atau timbul permasalahan misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orangtua dan mertua, problem dengan si sulung.
  4. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi postpartum jika mereka tertekan secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan.

Patofisiologi
Silahkan Download Pada Link Di Bawah Artikel Ini

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :


  • Cemas tanpa sebab

  • Menangis tanpa sebab

  • Tidak percaya diri.

  • Tidak sabar.

  • Sensitif, mudah tersinggung.

  • Merasa kurang menyayangi bayinya.

  • Tidak memperhatikan penampilan dirinya.

  • Kurangnya menjaga kebersihan dirinya.

  • Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.
  • Ibu merasa kesedihan, kecemasan yang berlebihan.
  • Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.
Insiden

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinis yang member perhatian khusus pada gejala psikolgis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai post partum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26 % - 85 % yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

Pencegahan

Post partum blues dapat dicegah dengan cara :

  • Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu.

  • Menu makanan yang seimbang.

  • Olahraga secara teratur.

  • Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.

  • Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.
  • Rekreasi.
Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post partu blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa syntom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria dan gejala yang ada. Kekurangan hormon thyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa ( fatique ) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh Postnatal Depression Scale ( EPDS ) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post partum blues. Kuesioner ini terdiri dari 10 ( sepuluh ) pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 ( empat ) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring lebih besar 12 ( dua belas ) memiliki sensitifitas 86 % dan nilai prediksi positif 73 % untuk mendiagnosis psot partum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 ( dua ) minggu kemudian.

Penatalaksanaan
Post-partum blues atau gangguan mentak pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk istirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.

Penangganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penangganan gangguan mentak pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali merasa gembira mendapat pertolongan praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari,atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yangberpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penangganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk kepada para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu : dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penangganannya.

Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penangganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling, emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka miungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu : suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencana individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.

Pengkajian klien post-partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang baru. Pengkajiannya meliputi :

Identitas Klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dan lain-lain.

Dampak Pengalaman Melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya intropeksi diri ( Kondrat, 1987 ). Selama hamil ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervaginam dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya induksi, anastesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri. Citra tubuh dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orangtua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah seringkali menimbulkan kekahwatiran pada orang tua baru. Ibu yang melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena merasa takut nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan menganggu penyembuhan jaringan perineum.

Interaksi Orang Tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladaptive. Baik ibu maupun ayah menunjukan kedua jenis perilaku. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan ataau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dengan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dank arena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan kemudian menenangkan bayinya dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.

Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pasa pasien post aprtum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat/bidan dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan pengkajian dasar data klien menurut Marlynn E.Doeges ( 2001 ) adalah :


  1. Aktivitas / istirahat insomnia mungkin teramati.

  2. Sirkulasi : episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.

  3. Integritas Ego : peka rangsang, takut / menangis ( sering terlihat kira-kira 3 hari setelah kelahiran ).

  4. Eliminasi : dieresis diantara hari ke-2 dan ke-5.

  5. Makanan / cairan : kehilangan nafsu makam mungkin dikeluhkan hari-hari ke-3.

  6. Nyeri / ketidaknyamanan : nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum.

  7. Seksualitas : uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam pertama setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke-2 dan ke-3 berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi ( misalnya rekumben versus ambulasi berdiri ) dan aktivitas ( misalnya menyusui ). Payudara ; produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien post partum blues diantaranya adalah :


  1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema / pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

  2. Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.

  3. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh komplikasi fisik dan emosional.

  4. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan ketidakefektifan koping individu

  5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

  6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan kurang paparan informasi, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber.

  7. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan


  1. Post partum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk, merupakan kemurungan dan kesediahan.

  2. Penyebab post partum blues belum diketahui secara pasti.

  3. Penderita post partum blues dapat di deteksi melalui skrining yaitu dengan kuesioner yang berupa pertanyaan tentang rasa cemas.

  4. Asuhan keperawatan pada pasien post partum blues pada dasarnya harus holistic yaitu menyeluruh dari Bio-Psiko-Sosial-Spiritual dan melibatkan orang tua si anak yaitu ayah dan ibu si anak.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan Health Education dalam perawatan depresi post partum blues.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...